Banyak yang ingin kuceritakan mengenai beberapa kejadian hidupku yang telah lama tak kutuangkan dalam blog sederhana ini.
Berawal dari kisahku saat sidang hingga wisuda, dengan segala macam kronologi yang mungkin lebih dramatis ketimbang kisah cinta di FTV.
Hari itu tepat nya tanggal 7 Agustus 2015.
Pada pukul 12.00 WIB aku sudah sampai di dalam ruangan sidang. Saat itu kampus sudah sangat sepi. Kebetulan aku adalah peserta sidang terakhir, dikarenakan aku adalah mahasiswa "spesial", ya... Aku satu-satunya mahasiswi berhijab di sekolah tinggi swasta katolik yang tentu memiliki peraturan tersendiri dari sisi akademik maupun peraturan lain, termasuk seragam kampus.
Alhamdulillah Kaprodi-ku adalah seorang yang bijaksana dan baik hati. Meski beliau seorang nonmuslim, beliau amat teramat sangat membantuku dalam proses pergantian pembimbing sebelumnya, pemilihan waktu sidang, dan banyak hal lainnya. Bahkan beliau memilih dirinya sendiri sebagai pembimbing utamaku agar aku lebih mudah dalam konsultasi hingga penulisan skripsiku selesai pada waktu yang telah ditentukan. Subhanallah.
Kembali pada kisah sebelumnya.
Jadwal sidangku saat itu ialah pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Aku sengaja datang lebih awal untuk beradaptasi dengan ruangan sidangku sambil mempersiapkan segalanya. Semua kupersiapkan dengan sematang mungkin.
Ruangan full AC ditambah kipas angin itu tak dapat menghentikan peluh yang bercucuran di badanku. Jantung yang berdebar dan bibir yang gemetaran mengingat waktu sudah menunjukkan hampir pukul 13.00 WIB.
Dosen pembimbing pembantuku datang paling awal mengingat beliau adalah moderator pada acara sidangku ini. Beliau menanyakan kesiapanku. Aku pun menjawab dengan senyuman yakin dan suara yang cukup tegas. "Saya siap, Pak."
Kemudian hadirlah penguji utamaku. Sekali lagi aku bersyukur karena kaprodi memilihkan 2 orang penguji yang aku kenal baik dan beliau-beliau ini telah memberikanku nilai A pada setiap mata kuliah yang beliau-beliau ajarkan. Betapa Allah Maha Baik telah memuluskan langkahku hingga hari yang kutunggu ini hadir.
Saat memulai berbicara pertama kali aku memejamkan mataku dan melafazkan doa nabi Musa a.s agar lidahku tidak kelu saat menyampaikan pokok isi programku ini dan berharap Allah Azza Wa Jalla membukakan hati dan pikiran beliau agar dapat menangkap semua kalimat yang kukeluarkan dari mulutku dengan baik.
Alhamdulillah saat aku sudah berbicara semua terasa ringan, seakan Allah yang membantuku dalam berbicara dan memilih kata-kata yang tepat hingga penguji utamaku terlihat puas dengan segala penjelasanku. Lagipula beliau hanya mengkritik penulisanku, bahkan beliau lebih banyak menanyakan hal pribadi yang berada di luar konteks skripsiku. Seperti aku anak keberapa dari berapa bersaudara, kesibukanku, ya... semacam itu.
Sesi penguji utama telah selesai dan alhamdulillah berjalan mulus. Tiba saatnya moderator memanggil penguji keduaku. Aku mengenal sosoknya saat memberikan mata kuliah kepada kami, aku sering menjawab pertanyaannya dan berani mengatakan "keliru" pada jawabannya. Ya, mungkin dia masih ingat aku yang begitu "resek" ini walaupun dulu aku belum mengenakan kerudung.
Pada awalnya beliau terus mengkritik isi programku bahkan mengatakan.
"Saya ini bingung dengan program yang kamu buat. Apa yang sebenarnya kamu buat ini? Aneh dan tidak nyambung."
Sontak jantungku merasa mau copot. Namun aku tak mau menunjukan ekspresi takutku pada beliau, aku tetap menjawabnya dengan perlahan namun tegas. Aku berusaha meyakinkan pada beliau programku ini tak kalah hebat dibanding program yang dibuat oleh temanku yang lain.
Tapi beliau tetap kekeuh dengan pendapat beliau. Alhamdulillah dosen pembimbingku yang selaku moderator ini ikut menjelaskan pada beliau mengenai programku ini, karena sepertinya beliau belum menguasai materi yang telah kuberikan. Ada kesalahpahaman disini.
Beliau akhirnya mulai serius mendengarkan penjelasanku dengan kepala dingin. Hingga pada satu pertanyaan beliau yang amat kutakutkan akhirnya beliau tanyakan. Aku pasrah dan tak tahu harus bagaimana saat itu.
Jam sudah menunjukan pukul 14.35 WIB. Masih ada waktu 25 menit beliau menunggu jawabanku.
Namun aku tak sengaja melihat ekspresi beliau agak sedikit kaget saat aku membongkar isi programku yang bisa dibilang amat kompleks. Saat itu beliau mungkin menyadari telah salah mengatakan program buatanku adalah program biasa. Beliau tetap menunggu namun aku sama sekali blank saat itu.
Tiba-tiba datang sosok wanita, yang ternyata wanita itu ialah ketua akademik. Beliau meminta izin untuk memanggil dosen pengujiku itu. Kondisi itu tak kusia2kan, aku benar-benar berusaha mencari jawabannya sekeras mungkin. Itupun dibantu oleh dosen pembantuku yang amat sangat baik. Mangarahkanku bagaimana sebenarnya pertanyaan yang dimaksudkan oleh penguji. Alhamdulillah, walau tak begitu menguasai akhirnya aku mendapatkan setitik ilham nanti jika beliau kembali ke ruangan ini, setidaknya aku tahu sedikit bagaimana menjelaskannya walau penjelasan mengenai pertanyaan beliau itu hanya kukuasai 30% saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB beliau belum lagi kembali. Alhasil penguji utama mendatangi ruangan sidangku dan menanyakan dimana keberadaan dosen penguji keduaku yang belum juga kembali.
Tidak lama kemudian beliaupun kembali dengan rasa tidak enak karena telah ditunggu para dosen pembimbingku dan penguji lainnya.
"Maaf, ada urusan tadi. Jadi bagaimana Margareth? Sudah dapat jawabannya?"
Saat aku mulai menjawab beliau langsung mengatakan "Sudah? Baiklah. Ok lah."
Proses sidangpun dinyatakan selesai, aku diminta keluar ruangan sementara karena beliau-beliau sedang mendiskusikan hasilnya.
Aku sedikit gemetaran, tak menyangka, terheran-heran. Bagaimana bisa aku telah melalui ini semua? Semua terasa mudah dan menyenangkan, sekaligus mendebarkan.
Kulihat isi sms mama dan sahabatku. Beliau menanyakan bagaimana hasilnya. Aku mengatakan bahwa semua berjalan lancar. Alhamdulillah. Mama pun turut mendoakan moga mendapatkan hasil yang baik. Apapun hasilnya itu yang terbaik, itulah hasil perjuanganku selama ini.
Aku tawakal, ya... hanya itu yang dapat kulakukan sambil menatap langit menunggu dosen memanggilku.
Ya, aku mendengar suara beliau memanggilku.
Saat aku kembali ke ruangan beliau tampak seperti senyum-senyum saja.
Lagi-lagi kaprodi sekaligus pembimbing utamaku sudah tak ada lagi di ruangan.
Saat aku kembali aku ditanya "Kamu yakin lulus, Margareth?"
Dengan perlahan dan yakin aku menjawab "Semestinya saya lulus, Pak."
Beliau tertawa, apalagi dosen penguji keduaku ini yang kutahu suara tawanya memang besar, sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi besar.
Sebelum dibacakan hasil oleh kaprodi yang belum lagi hadir itu, aku ditanya oleh penguji kedua sebuah pertanyaan yang membuatku tak tahan ingin menangis sekeras mungkin.
"Apa alasan dan kapan kamu memutuskan untuk berjilbab, Margareth?"
Aku nyaris tak dapat mengeluarkan suara, hanya menangis. Segala hal berkumpul di otakku. Bagaimana perjuangan orang tuaku, perjuanganku terpontang-panting dalam mempertahankan hijabku, hingga aku sempat ingin berhenti melanjutkan kuliah, semua berkumpul jadi satu di otakku.
Beliaupun tak mau melihatku terus menangis dan mengatakan tidak apa-apa jika aku tak bisa menjelaskan. Entah kenapa saat itu emosiku benar-benar meluap seketika.
Tiba-tiba terdengar suara "Yah.. Saya belum membacakan hasil kenapa Margarethnya sudah dibikin menangis... Antiklimaks dong jadinya."
Ternyata dosen pembimbingku, kaprodiku.
Aku menangis sambil tertawa kecil melihat beliau semua tertawa kecil melihatku.
"Bukan apa, Pak. Saya ingat sekali dia (*aku) ini sering sekali resek di setiap matakuliah saya. Giliran saya bikin dia nangis. Hahahaha..." Beliau tertawa lagi. Ternyata benar, beliau masih mengingat saya.
Tanpa berlama-lama beliau pun membacakan bahwa hari itu tepatnya tanggal 7 Agustus 2015 pukul 16.40 Aku dinyatakan resmi menyandang gelar S.Kom.
Aku semakin menangis sejadi-jadinya. Dosen-dosen melihatku sambil tersenyum. Bahkan dosen pengujiku itu membantuku memberikanku tissue karna air mata dan ingusku sudah kemana-mana saat itu. Melihat kejadian itu, kami pun tertawa bersama.
Dosen penguji utamaku melanjutkan "Margareth, kamu mesti ingat hari ini. Hari yang bersejarah dalam hidupmu. Ketika kamu sudah sukses kelak, kamu harus mengingat hari ini. Karena melihat nilai-nilai mu ini sangatlah baik, saya tahu kamu memiliki potensi. Mungkin kamu bisa menjadi seorang pengusaha, atau orang besar lainnya."
"Aamiin... Terimakasih banyak, pak." Kataku sambil kembali meneteskan air mata.
"Awalnya saya kira progarm yang kamu buat ini biasa saja dan flat sekali. Namun setelah hari ini saya datang jauh-jauh menuju kesini saya merasa puas dengan penjelasan kamu. Pemikiran saya berubah 180 derajat." Sambung dosen penguji keduaku tersebut.
"Terimakasih, Pak." Ya... Hanya kalimat itu-itu saja yang dapat kuungkapkan.
Nilai akan kuketahui beberapa hari kemudian.
***
Hari berlalu, aku berada di ruang cyber untuk mengisi biodata peserta wisuda walau kutahu aku tak bisa menghadiri wisuda dikarenakan masalah kerudung. Tapi tak mengapa, itu hanyalah hari bonus, lagi pula aku dipinjamkan toga untuk berfoto dengan kedua sahabatku di studio. Yang terpenting aku mesti tahu berapa hasil sidang skripsiku kemarin. Ku korbankan lagi hari kebahagiaan dan kebanggaanku demi hijabku ini. Kutahu Allah akan Membayar ini semua, kutahu Allah Maha Kasih.
Aku tak begitu berharap nilai yang tinggi, bahkan teman-temanku yang programnya bagiku lumayan hebat saja hanya mendapatkan nilai 'C'. Teman-temanku yang IPK nya diatas 3.00, yakni tergolong sangat cerdas dalam jurusan sekelas Teknik Informatika nilai tertingginya adalah 'B'.
Aku pasrah jika hanya mendapat 'C' aku sudah bersyukur. Bagaimanapun aku pernah mendengar kalimat dosen bahwa :
"Syarat untuk mendapat B itu mesti menguasai materi skripsinya, dan programnya berjalan lancar tanpa kendala sedikitpun." beliau melanjutkan "Untuk mendapat nilai A. Itu untuk mereka yang penelitiannya bukanlah oenelitian biasa, penguasaannya sempurna, dan presentasinya sangat baik. Hanya orang pilihan yang bisa mendapatkan nilai sidang 'A', apalagi di jurusan teknik."
Ya... Aku hanya berdoa dalam hati "Ya Allah... Berikanlah nilai 'B', aku ingin dibayar oleh Engkau sebagaimana aku mempertahankan hijabku dan agamaku sebagai golongan minoritas di kampus ini. Engkau tak mungkin tak mendengar doaku ini. Kutahu Engkau Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana."
Pernah aku membaca bahwa Allah juga Maha Malu. Dialah dzat yang akan malu jika tidak mengijabah doa hambaNya yang telah bersusah payah dalam berjihad.
"Margareth, nilai sidangnya 'A'."
Aku antara setengah sadar dan tidak. Benarkah ini semua?
Speechless dan terheran-heran. Bagaimana mungkin ini, ya Allah.
Ya itu lah salah satu kekuasaan Allah.
Dia akan membayar apapun yang hambaNya perjuangkan, apalagi demi menjalankan syar'i.
Bagaimana kita berada di kalangan yang berbeda dengan kita, kita yang berlakon sebagai minoritas ini.
Segala Puji bagi Allah atas segalanya...
Berikut hasil perjuanganku slama ini.
Meski tak ikut wisuda, setidaknya aku dapat berfoto dengan kedua sahabatku yang kece-kece ini. Hehehe...
Terimakasih ya Allah atas segala limpahan karuniaMu kepada hamba.
Allahu Akbar...